Nama ini diduga merupakan transliterasi dari Daha, yang terletak di pedalaman Jawa Timur, sekitar dua hari perjalanan dari pelabuhan Tuban.
BACA JUGA:Rakeyan Sancang: Kisah Putra Raja Kertawarman yang Sering Dikaitkan dengan Raden Kian Santang
BACA JUGA:6 Tersangka Kasus Tambang di Lahat di Antaranya Mantan Anggota DPR-RI Endre Saifoel, Siapa Dia?
Perpindahan ibu kota ini menandai kebangkitan Daha sebagai pusat pemerintahan yang baru.
Letaknya yang strategis di pedalaman, sekitar seratus kilometer di selatan Tuban, memberikan keamanan dan stabilitas yang dibutuhkan oleh kerajaan dalam menghadapi tantangan zaman.
Menurut Tomé Pires, Daha menjadi pusat kekuasaan kerajaan Jawa pada tahun 1513, menggantikan Majapahit yang telah lama dikenal sebagai simbol kejayaan Nusantara.
Kebangkitan Daha sebagai ibu kota kerajaan pasca runtuhnya Majapahit mencerminkan kemampuan para penguasa Jawa untuk beradaptasi dan bertahan di tengah perubahan zaman.
BACA JUGA:Mengulik Kisah Panembahan Losari, Cucu Sunan Gunung Jati
BACA JUGA:Benarkah Istri Sunan Gunung Jati dari Majapahit? Simak Berikut Pembahasannya
Meskipun Majapahit telah jatuh, semangat dan warisannya tetap hidup melalui Daha, yang menjadi simbol kelanjutan dan kebangkitan kerajaan di Jawa Timur.