Di bawah kepemimpinannya, Pajajaran menjadi kerajaan yang hijau dan subur, dengan hasil bumi yang melimpah.
BACA JUGA:Menaklukkan Ketinggian: Bungee Jumping di Jembatan Bloukrans, Afrika Selatan
Kisah-kisah tentang kebijaksanaan dan keberanian Prabu Siliwangi terus hidup dalam cerita rakyat dan legenda-legenda Sunda.
Banyak orang yang percaya bahwa Prabu Siliwangi memiliki kemampuan supranatural, seperti bisa berubah wujud menjadi macan putih.
Legenda ini semakin memperkuat citra Prabu Siliwangi sebagai raja yang sakti dan dihormati.
Namun, di balik semua kejayaan dan kebesaran itu, Prabu Siliwangi juga manusia biasa yang memiliki kelemahan dan kesedihan.
Salah satu kisah yang menyentuh hati adalah tentang hubungan Prabu Siliwangi dengan putranya, Raden Kian Santang.
BACA JUGA:Menaklukkan Puncak Dunia: Pendakian Gunung Everest, Nepal
Meskipun sangat mencintai putranya, Prabu Siliwangi sering merasa kesepian karena kesibukannya sebagai raja.
Raden Kian Santang yang tumbuh menjadi pemuda pemberani sering kali terlibat dalam petualangan yang berbahaya, membuat Prabu Siliwangi khawatir dan merindukan kehadirannya.
Ketika Prabu Siliwangi merasa usianya semakin tua, ia memutuskan untuk menyerahkan tahta kepada putranya, Raden Kian Santang.
Namun, Raden Kian Santang lebih memilih untuk hidup sebagai pertapa dan meninggalkan kehidupan istana.
Keputusan ini membuat Prabu Siliwangi merasa sedih dan terpukul, tetapi ia menghormati pilihan putranya dan mendoakan yang terbaik untuknya.
BACA JUGA:Melompat dari Langit: BASE Jumping di Trolltunga, Norwegia
Akhir masa pemerintahan Prabu Siliwangi ditandai dengan penyerahan tahta kepada penerus yang dipercayainya.
Prabu Siliwangi kemudian memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan bersemedi di Gunung Gede, sebuah tempat yang dianggap suci.