Dharmasraya memiliki hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, terutama Singhasari dan Majapahit.
Pengiriman Dara Petak dan Dara Jingga sebagai upeti adalah bagian dari strategi politik untuk menjalin aliansi dan menghindari konflik dengan kerajaan yang lebih kuat di Jawa.
Hubungan ini juga memperkuat posisi Dharmasraya di antara kerajaan-kerajaan lain di Sumatera.
Kerajaan Dharmasraya memainkan peran penting dalam perdagangan di Asia Tenggara.
Letaknya yang strategis di Sungai Batanghari memungkinkan kerajaan ini untuk mengontrol jalur perdagangan antara pedalaman Sumatera dan pesisir.
BACA JUGA:Astaga! 60 Kasus Dugaan Korupsi Dilaporkan ke Kejari Lubuklinggau
Selain itu, budaya dan agama Buddha berkembang pesat di kerajaan ini, sebagaimana dibuktikan oleh berbagai peninggalan arkeologis seperti candi dan prasasti.
Kerajaan Dharmasraya mulai mengalami kemunduran seiring dengan naiknya kekuatan Majapahit di Jawa dan berkembangnya Kerajaan Melayu di Jambi.
Pada abad ke-14, wilayah kekuasaan Dharmasraya akhirnya diintegrasikan ke dalam Kerajaan Melayu yang kemudian berada di bawah pengaruh Majapahit.
Beberapa peninggalan penting dari Kerajaan Dharmasraya antara lain:
1. Prasasti Padang Roco:
Prasasti yang ditemukan di daerah Dharmasraya dan menyebutkan nama Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa.
BACA JUGA:Pengamen Terlihat Sempoyongan Kemudian Ditemukan Meninggal Dunia
2. Candi Padang Roco:
Kompleks candi yang menjadi salah satu situs arkeologis penting yang menunjukkan pengaruh agama Buddha di Dharmasraya.
3. Arca Amoghapasa: Sebuah arca Buddha yang diduga berasal dari masa pemerintahan Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa.