RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Di balik senja yang merayap perlahan, terdapat kepercayaan yang tumbuh di kalangan masyarakat kita, tentang kehadiran makhluk halus yang dikenal sebagai orang bunian.
Menurut cerita turun-temurun, mereka diyakini muncul saat senja dengan memberikan tanda-tanda yang misterius, salah satunya adalah aroma kentang yang digoreng.
Aroma kentang goreng yang tiba-tiba tercium di udara, tanpa adanya sumber yang jelas, diyakini sebagai salah satu tanda kehadiran orang bunian.
Namun, tidak semua orang bisa merasakannya. Hanya beberapa individu tertentu yang dikatakan memiliki 'indra keenam', yakni kemampuan untuk merasakan atau mendeteksi keberadaan makhluk halus seperti orang bunian.
BACA JUGA:Mitos Orang Bunian: Kisah Tentang Makhluk Gaib di Hutan
Kepercayaan ini menambahkan lapisan misteri pada keseharian kita, mengajak kita untuk mempertanyakan apa yang sebenarnya ada di sekeliling kita, di luar dunia yang kita kenal.
Bagi mereka yang percaya, aroma kentang goreng ini bukan sekadar aroma biasa; ia merupakan panggilan atau pesan dari makhluk halus yang berbagi dunia dengan kita, tetapi dalam dimensi yang tak terlihat oleh mata manusia biasa.
Dalam budaya masyarakat kita, keberadaan orang bunian tidak hanya sekadar cerita yang diceritakan dari mulut ke mulut.
Ia mencerminkan penghormatan terhadap dunia gaib yang kita yakini ada di sekitar kita, tetapi sering kali tak terlihat oleh mata telanjang.
BACA JUGA:Berapa kilometer jaraknya? Tol Cipularang Km 90-100 Arah Jakarta Angker
Kepercayaan ini mengajarkan kita untuk tetap menghargai alam dan dunia yang tidak selalu dapat kita lihat atau kita rasakan secara langsung.
Seiring berjalannya waktu dan perubahan zaman, kepercayaan terhadap orang bunian mungkin mengalami transformasi, namun esensi dari kepercayaan tersebut tetaplah menjadi bagian dari kekayaan budaya dan warisan nenek moyang kita.
Misteri aroma kentang goreng dan keberadaan orang bunian adalah salah satu dari banyak cerita yang membentuk citra spiritual dan kepercayaan masyarakat kita, yang terus hidup dan berkembang dalam imajinasi kolektif kita.(*)