Sebagai seorang Muslim yang taat, Mansa Musa menunaikan ibadah haji ke Makkah pada tahun 1324.
Ia melakukan perjalanan ini dengan membawa rombongan besar yang terdiri dari 60.000 orang, termasuk pejabat kerajaan, tentara, pedagang, dan budak.
Mereka membawa unta, sapi, dan kambing sebagai perbekalan, serta emas murni dalam jumlah besar.
BACA JUGA:Resep Pindang Iga dan Daging Kambing yang Gurih, Asam, dan Segar
Selama singgah di Kairo, Mansa Musa membagikan begitu banyak emas sehingga menyebabkan harga emas di kota tersebut anjlok selama sepuluh tahun berikutnya.
Lucy Duran dari School of African and Oriental Studies di London mencatat bahwa tindakan dermawannya ini membuat para pendongeng balada sejarah Mali marah, karena mereka merasa ia menghamburkan sumber daya alam lokal di luar kerajaan.
Pengaruh dalam Dunia Pendidikan.
Sepulang dari Mekkah, Mansa Musa membawa sejumlah cendekiawan Islam, termasuk keturunan langsung Nabi Muhammad dan arsitek Andalusia Abu Es Haq es Saheli, yang merancang Masjid Djinguereber yang terkenal dibangun pada tahun 1327.
BACA JUGA:Domba Kabur ke Atap Rumah di Kampung Bongas, Hebohkan Warga
Ia juga mendirikan banyak sekolah, perpustakaan, dan masjid, menjadikan Timbuktu sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan yang terkenal hingga kini sebagai Universitas Sankore.
Akhir Masa Pemerintahan dan Warisan.
Mansa Musa meninggal pada tahun 1337 di usia 57 tahun.
Kerajaannya diwariskan kepada anak-anaknya yang sayangnya tidak dapat mempertahankan kejayaan seperti yang dilakukan oleh ayah mereka.
Kedatangan bangsa Eropa ke Afrika menjadi titik akhir dari kemegahan Kerajaan Mali.
BACA JUGA:Kutukan Baron Empain Palace: Tragedi yang Menghantui Keindahan Bersejarah
Mansa Musa bukan hanya dikenal karena kekayaannya yang luar biasa, tetapi juga karena kontribusinya dalam menyebarkan pendidikan, seni, dan Islam di Afrika Barat.