RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Dalam industri game, pembajakan masih menjadi isu yang sangat relevan dan kontroversial.
Seiring dengan meningkatnya harga game yang kini mencapai angka ratusan ribu rupiah, banyak gamer yang merasa kesulitan untuk membeli game secara legal.
Bagi sebagian dari mereka, pembajakan menjadi solusi agar tetap bisa menikmati game di tengah kebutuhan hidup yang semakin membebani.
Namun, bagaimana jika ada pandangan yang lebih inklusif dan memahami dari seorang pengembang game indie?
BACA JUGA:Perang Pandan: Tradisi Penghormatan kepada Dewa Indra di Bali Simak Disini Asal Usul dan Maknanya
Arsi “Hakita” Patala, pengembang game Ultrakill, baru-baru ini menyuarakan pandangannya tentang pembajakan di Twitter.
Dalam cuitannya, Hakita menunjukkan empati terhadap gamer yang tidak mampu membeli game.
Dia menegaskan bahwa meskipun mendukung pengembang indie adalah hal yang penting, budaya game seharusnya tidak hanya tersedia bagi mereka yang mampu secara finansial.
"Sebagai pencipta game tersebut: Anda harus mendukung (pengembang) indie jika Anda bisa, tetapi budaya tidak boleh hanya ada bagi mereka yang mampu. ULTRAKILL tidak akan ada jika saya tidak memiliki akses mudah ke film, musik, dan game saat tumbuh dewasa," cuitnya di Twitter.
BACA JUGA:Redmi 13 4G: Smartphone Canggih dengan Kamera 108 MP Harga Rp 1 Jutaan
Hakita juga menyarankan bahwa jika seseorang tidak punya uang untuk membeli game, mereka masih bisa memberikan dukungan dengan cara lain, seperti menyebarkan informasi tentang game tersebut dari mulut ke mulut.
Pandangan ini mencerminkan pengertian bahwa kreativitas dan akses terhadap karya seni tidak boleh dibatasi oleh kemampuan finansial semata.
Cuitan Hakita mendapatkan respons yang sangat positif dari komunitas gamer.
Banyak komentar yang menunjukkan apresiasi terhadap pandangan yang inklusif dan pengertian ini.
BACA JUGA:Mengulik Misteri Susunan Batu Melingkar di Pegunungan Mesir, Lebih Tua dari Piramida Mesir