Dalam kekecewaan dan putus asa, Laili berlari ke tepi sungai dan duduk di atas sebuah batu.
Dengan penuh kesedihan, ia bersumpah bahwa lebih baik menjadi batu daripada harus hidup tanpa cinta.
Tak lama kemudian, sumpahnya menjadi kenyataan saat Laili berubah menjadi batu dengan sebuah tajuk di atasnya, seperti perhiasan pengantin, yang kemudian dikenal sebagai Batu Betajuk.
Sementara itu, Kumala, yang juga penuh dengan kekecewaan, bersumpah untuk menjauh dari manusia dan menjadikan dirinya sebagai binatang.
BACA JUGA:Gunung Pulosari di Banten: Mengungkap Keajaiban Alam dan Sejarah
Legenda mengatakan bahwa Kumala berubah menjadi seekor ular hitam yang menjaga Batu Betajuk, sebagai simbol dari cinta yang terhalang oleh takdir.
Hingga kini, Batu Betajuk tetap menjadi saksi bisu dari kisah cinta tragis yang terjadi di Bengkulu Selatan.
Wisatawan sering kali mendatangi tempat ini untuk mengagumi keindahan alam sekaligus merenungkan tentang kekuatan cinta dan takdir yang tidak bisa terelakkan.
Dan ular hitam yang menjaga batu tersebut, diyakini sebagai perwujudan dari Kumala yang setia menjaga kenangan akan cinta yang terlarang. (*)