Tradisi ini memiliki akar dalam perlawanan terhadap eksploitasi dan penindasan.
Carok dalam Persepsi Masyarakat Madura
Awalnya dilakukan secara terbuka (ngonggai) atau rahasia (nyelep), carok telah berubah seiring waktu.
Pergeseran menuju konfrontasi rahasia telah mengubah persepsi etika yang terkait dengan tradisi ini, menciptakan stereotip negatif tentang masyarakat Madura sebagai kasar dan menakutkan.
BACA JUGA:Legenda Parakang Sulawesi Selatan: Misteri Makhluk Jadi-Jadian yang Menakutkan
Namun, sebuah studi tahun 2015 membantah stereotip ini, mengungkapkan bahwa sebagian besar populasi Madura tidak setuju dan enggan terlibat dalam carok.
Perspektif Modern tentang Carok
Bertentangan dengan stereotip negatif, studi tahun 2015 menunjukkan bahwa 75% individu yang disurvei tidak menyukai tradisi carok, 60% menahan diri dari partisipasi, dan sebagian besar (77,38%) lebih memilih menyelesaikan masalah dengan bijak tanpa melibatkan carok.
Selain itu, 81,11% meyakini bahwa masyarakat Madura menghargai perdamaian, 86,11% menyatakan bahwa carok tidak mewakili budaya Madura, dan 82,44% menganggap carok sebagai tindakan tercela, melanggar norma budaya dan prinsip hukum.
Sebagai kesimpulan, sementara carok tetap menjadi bagian penting dari budaya Madura, perspektif kontemporer mencerminkan hubungan yang nuansa dan berkembang dengan tradisi ini, menantang stereotip yang berlaku. (*)