Menurut mitos ini, seseorang tidak boleh menolak makanan atau minuman yang ditawarkan oleh orang lain, karena hal itu dapat menimbulkan bala atau sial bagi dirinya.
BACA JUGA:Dari Nabi Adam Hingga Gunung Kerinci, Jejak Misterius Makhluk Bunian di Sumatera
Sebaliknya, seseorang harus mencicipi makanan atau minuman yang ditawarkan, meskipun hanya sedikit, sebagai tanda hormat dan penghargaan kepada orang yang memberinya.
Mitos "kepun" memiliki latar belakang historis yang berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Bangka Belitung di masa lalu.
Pada zaman dahulu, masyarakat Bangka Belitung hidup dalam kemiskinan dan kesulitan, sehingga makanan dan minuman menjadi barang yang berharga dan langka.
Jika ada orang yang mau berbagi makanan atau minuman dengan orang lain, itu merupakan tindakan yang mulia dan patut dihargai.
BACA JUGA:Tak Disangka! Inilah Ciri-Ciri Orang yang Sedang Menggendong Tuyul
BACA JUGA:Jangan Dianggap Remah: 5 Mitos Kejawen Saat Menanam Bunga Kenanga di Depan Rumah
Oleh karena itu, menolak tawaran makanan atau minuman dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan dan tidak berterima kasih, yang dapat menyinggung perasaan orang yang memberinya.
Selain itu, menolak tawaran makanan atau minuman juga dianggap sebagai tanda ketidakpercayaan atau ketidaksukaan terhadap orang yang memberinya, yang dapat menimbulkan permusuhan atau konflik.
Namun, ada juga situasi di mana seseorang mungkin merasa kenyang atau tidak menyukai makanan atau minuman yang ditawarkan.
Dalam hal ini, ada cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan ketidaksetujuan tanpa harus menolak secara langsung.
BACA JUGA:Bunga Kenanga: Mitos dan Kepercayaan Seputar Pemicu Mimpi Buruk
BACA JUGA:Mitos Kenanga: Keindahan Aroma yang Membawa Kesejahteraan dan Keseimbangan di Rumah Anda
Cara ini dikenal sebagai "Malet" atau "Palet." "Malet" atau "Palet" adalah tindakan mengambil sedikit dari makanan atau minuman yang ditawarkan, dan kemudian meletakkannya di tempat lain, seperti di atas meja, di bawah piring, atau di saku.