Pengaruh PARI di bawah pimpinan Tan Malaka, meskipun anggotanya tidak banyak, terasa melalui tulisan-tulisan yang disebar hingga 1936.
BACA JUGA:Asal Usul Sumatera Barat: Sejarah Minangkabau yang Megah
Namun, pada pertengahan 1933, pemerintah Hindia Belanda melarang berkumpul, menargetkan Permi dan PSII.
Rasuna Said ditangkap dan dibuang ke Jawa, sementara pemimpin Permi dan PSII dilarang bepergian, kemudian ditangkap dan dibuang ke Digul. Pada 18 Oktober 1937, Permi akhirnya bubar.
Penangkapan tokoh-tokoh Partindo dan PNI Baru di Batavia pada saat yang sama, serta pengasingan Sukarno, Hatta, dan Sjahrir ke Digul, menandai puncak dari serangkaian tindakan pemerintah Belanda dalam menumpas gerakan politik di Sumatera Barat.
BACA JUGA:Masa Prasejarah: Eksplorasi Kebudayaan Megalitikum di Sumatera Barat
Pimpinan PNI Baru cabang Sumatera Barat dibiarkan bebas karena pembatasan kegiatan politik partainya.
Sementara itu, pimpinan PARI berhasil ditahan, tetapi Tan Malaka berhasil lolos dari penangkapan.***