RAKYATEMPATLAWANG.DISWAY.ID - Meskipun gerakan boikot terhadap produk Israel menimbulkan kekhawatiran, data menunjukkan bahwa dampaknya terhadap ekonomi Israel tidak begitu signifikan.
Beberapa perusahaan yang menjadi target boikot memberikan klarifikasi mengenai penurunan jumlah pelanggan, namun belum ada laporan kerugian terbaru yang dapat dipastikan.
Meskipun laporan Al Jazeera pada 2018 menyebutkan potensi kerugian hingga US$11,5 miliar per tahun bagi Israel, organisasi non-profit seperti Brookings Institution menyatakan bahwa gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) tidak akan secara drastis mempengaruhi perekonomian Israel.
BACA JUGA:Dituntut Hukuman Mati, Praka Riswandi Manik Terlihat Menundukkan Kepala, Tak Mampu Menahan Tangis
Sebagian besar ekspor Israel terdiri dari barang "intermediet" dan "diferensiasi," yang memiliki nilai strategis dalam rantai produksi global.
Penting untuk mencatat bahwa Israel membantah bahwa gerakan boikot dapat merugikan mereka, bahkan menyebutnya sebagai faktor yang "menambah penderitaan rakyat Palestina, bukan menguranginya."
Dalam menghadapi isu ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengambil tindakan dengan melarang kelompok-kelompok yang mendukung gerakan boikot.
Meski demikian, data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa ekspor barang "intermediet" mengalami penurunan tajam dari 2014 hingga 2016, menyebabkan kerugian sekitar US$6 miliar.
Meskipun ada ketegangan terkait isu ini, analisis ekonomi menunjukkan bahwa efek boikot terhadap ekonomi Israel mungkin tidak sebesar yang dikhawatirkan oleh beberapa pihak. (Pad)