Namun, sebuah insiden tragis mengubah segalanya.
Pujung, tergoda oleh hasrat dan berperilaku tidak wajar, mengejar Putri Tunjung Sari hingga ke tebing sungai.
Akibatnya, Putri Tunjung Sari terjatuh ke dalam sungai dan menghilang di dalam pusaran arus yang kuat.
Ini memicu kemarahan ibunda Putri Tunjung Sari yang mengutuk Pujung dan mengubah alat kelaminnya menjadi batu.
Kisah tragis ini menggambarkan bagaimana tindakan tak terkendali dan nafsu dapat merusak kehidupan seseorang.
Namun, di tengah kutukan dan tragedi, Putri Tunjung Sari menemukan perlindungan di Kerajaan Negara Dipa, di mana dia menjadi seorang Ratu yang kuat.
Sementara itu, nama Kampung Pujung dan Jembatan Mahe yang menghubungkannya dengan masa lalu tetap menjadi saksi bisu dari legenda ini, mengingatkan kita akan kekuatan cinta, kutukan, dan perubahan dalam kehidupan manusia. (*)