Pembunuhan yang tergolong sadis kerap terjadi di wilayah pedalaman antara Halmahera Timur dan Halmahera Utara.
Kelompok suku pedalaman ini dikenal dengan nama Suku Togutil, yang memiliki tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi.
Mereka cenderung curiga terhadap orang asing yang mereka temui, menganggap keberadaan mereka sebagai ancaman.
Ketika merasa terancam, menurut versi mereka, mereka akan melakukan penyerangan yang seringkali berakhir dengan korban jiwa.
BACA JUGA:Misteri Sang Genius di Balik Operasi Badai al-Aqsa Hamas, Siapa Mohammed Deif?
Ada juga kelompok Togutil yang sudah bersosialisasi, meskipun mereka tetap sulit diakses untuk berkomunikasi.
Mereka hanya menggunakan bahasa Tobelo Kuno, bahasa yang bahkan sudah ditinggalkan oleh masyarakat Tobelo sendiri.
Bahasa ini merupakan hambatan tersendiri dalam upaya berinteraksi dengan mereka.
Kehidupan suku Togutil lebih mengandalkan berburu binatang dan bercocok tanam sebagai sumber makanan mereka.
BACA JUGA:Brigade Al Qassam Tentara yang Paling Ditakuti Israel, Berikut Sejarah Singkatnya!
Bahkan, ada laporan yang menyebutkan bahwa beberapa dari mereka masih praktik kanibalisme, dengan cerita tentang mutilasi dan kehilangan isi perut korban yang menjadi santapan mereka.
Namun, kebenaran cerita ini masih menjadi perdebatan.
Polisi hingga saat ini masih kesulitan menangani kasus-kasus di wilayah ini.
Hutan Halmahera masih tergolong sebagai hutan liar, dan kelompok suku Togutil terus berpindah-pindah, membuat penegakan hukum menjadi lebih rumit.
BACA JUGA:Ingin Tau Misteri Suku Togutil, Suku Pedalaman di Halmahera Utara, Maluku Utara Baca Artikel Ini
Kendala bahasa juga merupakan faktor yang mempersulit komunikasi, karena suku Togutil tidak mengenal bahasa Indonesia.