Bukanya Sehat, Nyawa Jadi Taruhan! Ini 5 Olahraga Kuno di Zaman Romawi

Minggu 08-10-2023,11:09 WIB
Reporter : Reri Alfian
Editor : Reri Alfian

Bukanya Sehat, Nyawa Jadi Taruhan! Ini 5 Olahraga Kuno di Zaman Romawi RAKYATEMPATLAWANG.COM - Peradaban kuno umumnya mengacu pada era di sekitar Mesopotamia dan Mediterania dari sekitar 3.000 SM sampai jatuhnya Roma pada tahun 476 Masehi.  Pada era itu, olahraga menjadi hobi yang mematikan. Dan mungkin akan dianggap sebagai tindakan kriminal pada zaman modern. Demikian juga, apa yang atlet alami bisa dibilang sebagai penyiksaan - patah tulang, cacat tubuh, dan kematian, semua hanya untuk mengalahkan pesaing mereka. 

BACA JUGA:8 Oktober 2023 Kalender Jawa Tepat di Hari Pahing, Berikut Keistimewaan dan Kelemahan Tanggal Kelahiran Ini Intensitas dalam olahraga ini mungkin cocok disemangatkan karena aksi berbahayanya. 1. Pancang tenda pada masa Makedonia kuno Pancang tenda atau Tent Pegging adalah olahraga cepat bagi penunggang kuda dengan menggunakan tongkat runcing.  Penunggang kuda ini akan melepaskan pasak dari tanah menggunakan tongkat atau tombak saat kuda berlari dengan kecepatan penuh. 

BACA JUGA:7 Pohon yang Dilarang Didepan Rumah, Ada Belimbing Wuluh! Olahraga ini merupakan keterampilan bagi seorang pejuang Makedonia yang hidup di abad keempat SM.  Menurut buku Pole Bending, pasukan Alexander Agung menggunakan pancang tenda untuk melawan pasukan Afghanistan dan India pada 326 SM.  Mereka juga menggunakan taktik serupa untuk melawan gajah, yaitu menusuk kaki hewan tersebut.  Olahraga ini masih dipertandingkan di beberapa negera, khususnya Pakistan. 

BACA JUGA:7 Pohon yang Dilarang Didepan Rumah, Ada Belimbing Wuluh! Menurut pemain olahraga pancang tenda di Pakistan saat ini, mereka sering kali mengalami patah tangan atau kaki dan beberapa diantaranya meninggal.  2. Tinju di zaman Romawi dan Yunani kuno Tinju sudah ada pada 3.000 tahun yang lalu, atau mungkin lebih. Di Amerika tahun 1950-an, tinju adalah olahraga brutal.  Tapi setidaknya pertarungan mematikan di tahun 50-an memiliki kelas dan persyaratannya tersendiri. 

BACA JUGA:Gunung Arjuno Angker, Kisah Kerajaan Gaib dengan Penduduknya Berpakaian ala Jawa Zaman Dulu Tetapi, persyaratan tersebut tidak ada di zaman Yunani kuno, di mana tinju menjadi olahraga Olimpiade, atau Kekaisaran Romawi, yang juga merupakan acara festival. Seperti yang dijelaskan Profesor David Potter, siapapun bisa jadi petinju, "bertarung sampai lawannya lumpuh".  Menurut Museum Metropolitan, para petinju juga melawan beberapa pesaing berturut-turut dengan jeda yang singkat di antara pertarungan, serta wajah dan kepala sering kali menjadi sasaran pukulan.  Sarung tangan tinju yang pernah digunakan paling awal terbuat dari tali kulit sederhana yang menutupi lengan bawah, tetapi menurut Met, selama periode Kekaisaran Romawi, sarung tinju untuk gladiator dihiasi pecahan kaca atau ujung logam yang tajam. 

BACA JUGA:Cerita Mistis di Gunung Salak, Kisah Kerajaan Gaib Pajajaran Bersemayam Namun, Vice menunjukkan bahwa beberapa sejarawan tidak percaya jika sarung tangan pembunuh ini pernah digunakan.  The Greek Anthology menggambarkan bahwa seorang petinju di masa itu akan mengalami cacat wajah yang parah.  3. Gulat di Yunani kuno Seperti yang dijelaskan Vice, gulat pada masa Yunani kuno tidak memiliki batasan waktu atau persyaratan spesifik berat badan. 

BACA JUGA:Cerita Mistis di Gunung Salak, Kisah Kerajaan Gaib Pajajaran Bersemayam Namun, gulat menjadi olahraga kelas berat bagi kaum intelektual.  Filsuf ikonik Socrates dan Plato pernah terlibat dalam olahraga ini.  Faktanya, "Plato" adalah nama panggilan gulatnya karena ia memiliki bahu yang lebar. (Nama asli Plato adalah Aristocles.)  Seperti yang diamati oleh buku Sport in Ancient Times, choke holding adalah bagian besar dari gulat, dan atlet tidak akan diproses secara hukum jika mereka membunuh lawannya di tengah kompetisi. 

BACA JUGA:MENCENGANGKAN! Dampak Potensial dari Penelitian Lanjutan di Situs Gunung Padang Dan ada satu atlet gulat yang dikenal sebagai "Mr. Fingertips", ia mengalahkan lawannya dengan mematahkan jari lawan. Taktik itu kemudian dilarang. 4. Polo di peradaban Persia Polo merupakan olahraga yang berbahaya, di mana tim yang menunggang kuda akan memukul bola dengan palu yang sangat besar.  Polo berasal dari Persia (Iran modern) sekitar 2.500 tahun yang lalu dan digunakan untuk melatih pasukan kavaleri. 

BACA JUGA: Penemuan Makam Kuno, Misteri Lima Makam Tua Terungkap di Situs Gunung Padang Ini juga disebut "olahraga para raja" dan terkenal sebagai taktik Raja Alexander Agung ketika dia naik takhta Makedonia.  Diwawancarai LA Times pada tahun 1989, presiden klub polo Don Patch mengisahkan gambaran permainan pola di peradaban kuno: Dua tim terdiri dari 600 orang yang memegang tongkat, saling menyerang satu sama lain untuk menggiring bola melewati gawang.  Meskipun olahraga ini jauh lebih aman saat ini, versi ekstrem yang dimainkan di Pakistan mungkin masih meniru permainan polo di peradabab kuno. 5. Pertarungan tongkat nelayan di Mesir kuno 

BACA JUGA:MENCENGANGKAN! Dampak Potensial dari Penelitian Lanjutan di Situs Gunung Padang Sebagaimana dirinci dalam Sports and Games of the Ancients, olahraga pertarungan tongkat ini dijadikan sebagai pertahanan diri dan pelatihan tempur.  Pertarungan ini juga menjadi ajang kompetitif mematikan bagi para nelayan.  Sesuai dengan namanya, tombak ini digunakan untuk menjatuhkan lawan ke Sungai Nil yang dipenuhi buaya. Di sisi lain, buaya dianggap suci di Mesir kuno, jadi mereka yang jatuh ke sungai dan dimakan buaya dianggap mendapatkan kehormatan.

BACA JUGA:Klaim Situs Gunung Padang oleh Profesor Malaysia Menyebabkan Kontroversi Identitas Melayu  Selain buaya, ada kuda nil raksasa yang hidup di sungai dan terkenal karena sering membalikan perahu nelayan. Lebih parahnya lagi, tidak semua nelayan bisa berenang. (*)

Kategori :