Namun, kebahagiaan mereka terancam oleh bencana alam yang mengerikan.
Kerajaan mereka terkena musim kemarau yang panjang, mengakibatkan kelaparan melanda rakyatnya.
Sungai-sungai mengering, tanah menjadi gersang, dan makanan menjadi semakin langka.
Raja dan Dewi Kadita sangat prihatin melihat penderitaan yang dialami oleh rakyat mereka.
Dewi Kadita, dengan hati yang penuh empati dan cinta kepada rakyatnya, memutuskan untuk bertindak.
Dia tahu bahwa sebuah pengorbanan besar harus dilakukan untuk menyelamatkan kerajaan dan rakyatnya dari bencana ini.
Dalam tindakan luar biasa yang mencerminkan ketulusan hatinya, Dewi Kadita memutuskan untuk mengorbankan dirinya sendiri.
Dalam upayanya untuk memohon pertolongan dewa-dewa dan membawa hujan yang mendesak, Dewi Kadita meninggalkan istana dengan penuh harapan.
Dia pergi ke gunung yang tinggi dan menjalani meditasi yang mendalam dan puasa yang panjang.
Selama berhari-hari, dia berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon kepada dewa-dewa agar mengirimkan hujan penyelamat.
Pengorbanan Dewi Kadita yang sangat berani ini akhirnya mendapat perhatian para dewa. Mereka tergerak oleh keberanian dan ketulusan hatinya.
Akhirnya, hujan turun lebat mengguyur tanah kering, mengakhiri musim kemarau yang panjang.