Namun, kesaktiannya sangat dihormati oleh masyarakat setempat, dan ini tercermin dalam panjang makamnya yang mencapai 10 meter.
BACA JUGA:Harta Karun Belanda di Gunung Salak, Mitos atau Fakta, Simak Disini!
Saharan, seorang staf dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batu Sangkar Wilayah Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau, menjelaskan bahwa pada masa lalu, orang yang memiliki kesaktian sering diberi gelar "datuk" sebagai bentuk penghormatan.
Meskipun begitu, Datuk Dubalang Sakti tidak pernah memamerkan atau menunjukkan kesaktiannya.
Ia hidup secara sederhana di tengah hutan pinggiran sungai, jauh dari keramaian, dan akses ke tempat tinggalnya saat itu sangat sulit, dengan penduduk harus berjalan kaki atau menggunakan rakit melalui jalur sungai.
BACA JUGA:Petilasan Prabu Rakata, Warisan Sejarah dan Mistis di Pantai Karang Bolong
Menurut Saharan, Datuk Dubalang Sakti hidup pada periode antara abad ke-15 hingga abad ke-16, setelah masa pemerintahan Kerajaan Indragiri di bawah kekuasaan Raja Narasinga II.
Meskipun ia tidak terlibat dalam urusan raja atau pemerintahan, kesaktiannya dikenal di seluruh wilayah.
Ia menjalani hidup yang sederhana, dengan melakukan aktivitas yang kurang diperhatikan oleh masyarakatnya saat itu.
BACA JUGA:Teror Tersembunyi Menelusuri Misteri Pulau Bali, di Desa Trunyan
Sekarang, meskipun makam Datuk Dubalang Sakti ditumbuhi semak belukar yang tak terlalu rimbun, tempat ini masih dianggap sebagai tempat keramat.
Pemuda setempat sering mengunjungi makam ini sebelum merantau dari kampung mereka ke luar daerah.
Panjang makam sekitar 10 meter bukanlah karena tubuhnya sepanjang itu, melainkan sebagai simbol rasa hormat dan penghargaan atas kesaktiannya yang telah diwariskan oleh penduduk setempat.
BACA JUGA:Teror Tersembunyi Menelusuri Misteri Pulau Bali, di Desa Trunyan
Datuk Dubalang Sakti tetap menjadi sosok misterius yang menginspirasi generasi muda dalam menjaga warisan budaya dan spiritual suku Talang Mamak.(*).