Kejadian ini berakhir ketika rangkaian gerbong tersebut menabrak ekskavator mini di sekitar Stasiun Kotalama dan keluar dari jalur rel.
Petugas PT KAI Daop 8 Surabaya harus mengerahkan kereta Rescue Crew dan kereta derek untuk mengevakuasi gerbong tersebut.
Namun, peristiwa seperti ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Malang.
Sembilan tahun sebelumnya, pada tahun 2011, empat gerbong kereta api juga berjalan sendiri dan menewaskan seorang balita serta merusak rumah warga.
Warga sekitar Stasiun Kotalama mengaitkan kejadian ini dengan faktor elevasi, di mana ketinggian daratan di Stasiun Kota Baru lebih tinggi daripada Stasiun Kotalama, sehingga gerbong kereta bisa berjalan tanpa lokomotif.
Ada juga pandangan bahwa ada entitas mistis atau penunggu yang berperan dalam peristiwa ini.
Seorang warga, Andika, yang rumahnya dekat dengan rel kereta api, pernah mendengar cerita dari seorang masinis yang mengalami pengalaman aneh ketika lokomotif kereta api tiba-tiba berjalan sendiri dari Stasiun Kota Baru ke Stasiun Kotalama.
Andika menganggap penunggu di Stasiun Kota Baru memiliki peran dalam kejadian ini.
Sebelumnya, PT KAI telah memberikan pengamanan di sekitar Stasiun Kotalama, tetapi peristiwa serupa terjadi di daerah Kepanjen Kabupaten Malang sekitar tahun 90-an.
Kejadian ini seringkali terjadi pada malam Kamis legi atau Jumat legi antara jam 13:00 WIB hingga sebelum Maghrib.
Selain itu, kecelakaan kereta api yang menabrak kendaraan bermotor juga sering terjadi di persimpangan Kotalama Kota Malang sebelum flyover Kotalama dibangun.
Setelah pembangunan flyover tersebut, kasus tabrakan berkurang, tetapi rangkaian gerbong kereta api jalan sendiri tetap terjadi sesekali.
Tidak hanya itu, beberapa korban kecelakaan kereta api juga mengaku pernah diteror secara mistis setelah kejadian tersebut.