BACA JUGA:Aneh dan Tak Biasa, Tradisi Unik Desa Kamchatka: 'Menghidangkan Istri' Kepada Tamu
Selain itu, Suku Kalash juga merayakan Festival Chamos setiap tahunnya pada bulan Desember, di mana perempuan muda Kalash diperbolehkan kawin lari bersama pria yang mereka cintai.
Ini adalah tradisi yang sangat berbeda dengan budaya konservatif mayoritas penduduk Pakistan yang Muslim.
Perceraian juga merupakan hal yang umum di kalangan perempuan Kalash.
Jika seorang istri meminta cerai, suaminya hanya bisa pasrah.
BACA JUGA:Suku Mosuo: Masyarakat Matrilineal di Dataran Tinggi Tiongkok
Para perempuan Kalash juga mengalami isolasi saat datang bulan atau hamil, dimana mereka tidak diizinkan tinggal di desa atau berhubungan dengan keluarga atau orang lain.
Mereka diasingkan ke bashaleni, sebuah asrama jauh dari desa, selama masa pengasingan mereka.
Terakhir, ada tradisi mengamati matahari atau Suri Jagek, yang diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO pada tahun 2018.
BACA JUGA:Tradisi Eskimo di Serbia Sangat Unik, Salahsatunya 'Titip istri'
Ini adalah praktik meteorologi dan astronomi tradisional yang didasarkan pada pengamatan matahari, bulan, dan bintang, yang berkaitan dengan topografi setempat.
Suri Jagek memainkan peran penting dalam acara sosial di komunitas Kalash, termasuk festival, pesta, serta ritual peternakan dan pertanian.
Suku Kalash, juga dikenal sebagai Kafir, Black Robe, dan Siah Posh, tinggal di tiga sub-lembah, yaitu Bumboret, Rumbor, dan Birir di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, dekat perbatasan Afghanistan.
BACA JUGA:Malaysia: Sebuah Negara dengan Keunikan yang Menarik
Lokasi ini cukup berbahaya, sehingga wisatawan asing seringkali harus dikawal oleh polisi untuk mencapainya.
Meskipun perempuan di Suku Kalash masih sering kali dianggap sebagai gender kedua, kebebasan mereka sangat dihargai dalam budaya mereka yang unik. (*)