Ternyata, mitos ini berhubungan dengan makna simbolis dari batik motif garuda dan hubungannya dengan Sri Sultan Hamengkubuwono, pemimpin Kraton Jogja.
Batik motif garuda merupakan salah satu simbol busana khas yang dikaitkan dengan sultan.
Bagi masyarakat Jawa, sultan memiliki kedudukan yang sangat dihormati, dan melanggar tata cara yang tepat dalam menghormati sultan bisa membawa konsekuensi buruk.
Konon, masuk ke dalam kompleks kraton dengan mengenakan batik motif garuda dianggap sebagai penghinaan terhadap sultan.
BACA JUGA:Mengungkap Mahakarya Navigasi Maritim Kerajaan Sriwijaya
Batik ini adalah simbol kebesaran dan kehormatan kerajaan, dan hanya sultan yang berhak memakainya.
Oleh karena itu, dipercaya bahwa mengenakan busana dengan motif garuda saat berkunjung ke kraton adalah tindakan yang dianggap kurang sopan dan mengundang "kualat" atau malapetaka.
Pentingnya Menghormati Tradisi dan Kebijakan Lokal
Meskipun mitos ini mungkin terdengar sebagai sebuah kepercayaan yang kuno, penting untuk diingat bahwa menghormati tradisi dan kebijakan lokal adalah aspek penting dalam berinteraksi dengan budaya yang berbeda.
BACA JUGA:Candi Muara Takus: Kecantikan Arsitektur Abad Keemasan
Bagi masyarakat Jawa, tradisi dan etika memiliki peran yang besar dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam konteks kunjungan ke tempat-tempat suci atau bersejarah seperti Kraton Jogja.
Oleh karena itu, saat berencana untuk mengunjungi Kraton Jogja, baik sebagai wisatawan domestik maupun internasional, penting untuk memahami dan menghormati norma-norma yang berlaku.
Memilih pakaian yang sopan dan menghindari penggunaan batik motif garuda dapat menjadi langkah yang bijak untuk menghormati budaya lokal dan menghindari situasi yang tidak diinginkan.
Pesona Budaya dan Aturan Tertulis di Kraton Jogja
BACA JUGA:Apa itu? Aturan Unik dan Mitos di Balik Kunjungan ke Kraton Yogyakarta
Kraton Jogja adalah pusat warisan budaya yang kaya, di mana sejarah dan tradisi Jawa masih tetap terasa hidup.