Muadzin Tersesat di Kota Saranjana
Setiap pagi, Abah Hamid menelusuri gelapnya hutan untuk pergi ke Mushola itu untuk menjadi Muadzin, mengumandangkan Adzan Subuh.
BACA JUGA:Miliki Karakteristik Unik, Ternyata Suku Lingon Si Mata Biru Menyimpan Banyak Misteri
Sampai pada suatu hari, saat dalam perjalanan pulang usai menajalankan Shalat Subuh, Abah Hamid bertemu seseorang berjubah.
Pria berjubah itu kagum dengan ke-istiqomahannya Aba Hamid dalam mengumandangkan Adzan Subuh setiap harinya di Mushola di desanya itu, dan menawarkan Abah Hamid untuk menjadi Muadzin di masjid milik pria berjubah tersebut.
BACA JUGA:Ini Mitos dan Sejarah Si Mata Biru, Suku Lingon Menyimpan Misteri Sulit Diungkap
Singkat cerita, Abah Hamid pun menyetujui permintaan pria berjubah tersebut, dan langsung mengikuti pria berjubah tersebut, menuju lokasi masjid yang dimaksut.
Hingga dalam perjalannan itu, Abah Hamid bersama pria berjubah misterius itu, tiba di salah satu gerbang tinggi dan di dalamnya ada gedung-gedung tinggi nan indah serta mewah.
Tentu saja suasana yang dilihat Abah Hamid sangat berbanding terbalik dengan kondisi tempat tinggalnya yang dikelilingi hutan lebat dan sepi.
Abah Hamid pun dibawa ke sebuah masjid di kota itu, yang terlihat sangat megah dan indah. Seketika saat itu juga Abah Hamid diminta mengimami shalat di masjid itu dan setelah itu, Abah Hamid dipersilakan pulang kembali.
BACA JUGA:Misteri Kota Gaib Saranjana: Keajaiban dan Keindahan di Balik Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan
Sebelum pulang, Abah Hamid diberitahu oleh pria berjubah yang membawa dirinya, jika tempat yang dikunjunginya itu adalah Saranjana.
Sebelum berjalan pulang, Abah Hamid diminta memejamkan mata sambil berjalan dan seketika saat kembali membuka mata, Abah Hamid sudah berada di lokasi hutan jalan pulang menuju rumahnya yang setiap hari biasa ia lalui.
BACA JUGA:6 Lokasi Mistis Pulau Kalimantan, Selain Saranjana dan Padang 12
Namun saat tiba di dekat rumahnya, Abah Hamid mendengar orang-orang sedang tahlilan yang ternyata tahlilan itu untuk Abah Hamid yang dikira warga kampungnya sudah meninggal dunia.