BACA JUGA:North West Derby, Ketika Ekonomi dan Sepakbola Bertemu
Maksudnya gini, orang bakal mengerti. Kalau seandainya Indonesia menolak, karena luka ini. Dan ini pelajaran juga bagi Israel agar suatu ketika nanti, jangan sewenang-wenang melakukan kezaliman terhadap kaum Muslimin di Palestina.
Sikap yang paling bijak adalah menjaga orang-orang yang hatinya selama ini sudah penuh dengan luka itu.
Jangan sampai ditambah luka dengan yang demikian itu. Tentunya, dengan cara yang cantik dan bijak.
Tidak perlu berdebat. Dunia yang merindukan keadilan, akan mengerti makna ini. Masih ingat beberapa waktu lalu, warga Indonesia dikirim ke Palestina memberikan pertolongan.
BACA JUGA:Salut! Penggemar Sepakbola Di Turki Lempar Boneka ke Lapangan
Ada rumah sakit yang dibangun warga Indonesia di Palestina. Apakah itu kita lupakan? Terlepas pemain sepak bolanya, seperti apa, mungkin orang yang sangat benci juga di kasus Israel.
Tapi, gaungnya adalah Israel masuk Indonesia. Untuk itu, kaum muslimin jangan lagi berdebat soal ini.
Jangan malah bikin kontroversi di negeri ini. Gara-gara itu, kita terbelah, muncul caci maki.
Mari kita menjaga hati kaum muslimin Palestina dan Indonesia. Pemimpin negara ambil kebijakan jangan sampai mereka datang.
BACA JUGA:Mengapa Sepakbola Menjadi Olahraga yang Begitu Populer?
Tentu dengan cara yang baik. Dengan cara yang santun. Tunjukan bahwasanya bangsa ini adalah bangsa yang punya peduli kepada sesama, peduli kepada orang yang lemah.
Jangan egois. Kepada siapa pun, khususnya yang tidak setuju pun beradab deh cara menolaknya.
Jangan sampai muncul cacian. Coba untuk menoleh dengan hati kecil masalah di Palestina. Harapan kami, ada kesadaran. Tidak berbeda dengan saudaranya.
Jaga perasaan, kita biasa tenggang rasa. Memahami perasaan orang, jangan sampai terluka.*
BACA JUGA:Saat Calciopoli Meruntuhkan Kejayaan Sepakbola Italia